Perceraian yang saya alami telah membuat dunia terasa luluh lantak dan langkah terasa kabur selama nyaris satu dekade. Pengalaman yang rasanya terlalu berharga untuk disimpan sendiri. Di artikel kali ini, saya akan membagikan tulisan tentang langkah – langkah untuk menemukan diri kembali pasca perceraian. Perceraian bukanlah sesuatu yang umumnya dibanggakan atau disukai oleh kebanyakan orang . Perceraian dianggap momok. Terasa menakutkan, terlihat menyeramkan, terlebih bagi perempuan.
Banyak perempuan merasa kehilangan jati dirinya pasca bercerai.
Padahal, yang kita tidak pernah tahu adalah apakah sedari awal kita telah mengenali diri kita sendiri ?
Bercerai di usia early 20 membuat saya memahami bahwa tidak ada hal yang lebih menyakitkan ketimbang ketika kita merasa asing pada diri sendiri. Banyak hal dan kesakitan yang membuat saya menjadi pribadi yang bitter, selalu mengeluh dan menyalahkan keadaan
Pokoknya semua hal buruk yang terjadi dalam diri dan hidup adalah karena ulah orang lain dan saya adalah korban. Bertahun – tahun hidup dalam mindset seperti itu membuat jalan saya mandeg. Saya tidak kemana – mana dan selalu berkubang dalam luapan kebencian yang kemudian saya tumpahkan lagi hingga melumuri sekujur tubuh.
Ketiadaan rasa berharga membuat hilang arah.
Saya menempatkan harga diri pada keberhasilan pernikahan. Ketika pernikahan itu gagal, berarti saya juga gagal dan tidak punya harga diri lagi. Saya merasa bingung karena sebenarnya saya yang menginginkan perceraian itu. Ikatan suci yang seharusnya membawa pada kebahagiaan ternyata hanya berisi pertengkaran dan pertengkaran
Kehadiran buah hati pun tak mampu merekatkan dua kepala yang ternyata berbeda karakter, visi misi dan juga tujuan hidup. Ketika perceraian itu benar terjadi, yang saya dapatkan bukan ketenangan. Setelahnya hidup saya justru terombang ambing, hampa dan tanpa tujuan
Di tahap itu, saya merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Ada sensasi rasa ‘terputus’ dari dunia luar. Saya seketika tidak berminat untuk beraktifitas dan juga bicara pada siapapun. Belum lagi urusan hak asuh anak yang sepenuhnya berada di tangan mantan suami. Saya kehilangan kebebasan untuk bertemu dengan anak dan membuat hasrat hidup semakin runtuh.
Di tengah carut marut hidup pada saat itu, dengan segala kesakitan emosional, ada sedikit jalan terang dimana saya bisa mendapatkan bantuan profesional.
Jalan untuk memahami apa sebenarnya penyebab dari seluruh penderitaan.
Merasa hilang arah, gagal dan terisolir pasca bercerai adalah ragam rupa perasaan yang umum, alami dan valid. Ada satu titik dimana saya merasa, ‘Kan saya yang menginginkan perceraian ini, lalu mengapa saya yang bersedih?’
Namun faktanya, terlepas dari kita menyetujui sebuah situasi atau tidak, akan tetap menyakitkan ketika kita mulai melangkah dan meninggalkan apapun yang tertinggal di belakang. Baik itu rasa suka maupun duka. Terlebih saya sebagai decision maker, sensasi rasa sakit yang saya rasakan adalah merasa bersalah, menyesal, malu, dan takut.
Ada juga perasaan cinta dan sayang yang sebelumnya pernah ada. Namun ketika dihadapkan pada situasi dimana pernikahan itu sudah tidak bekerja sebagaimana yang saya harapkan di awal, disitulah perasaan marah dan penuh konflik menyergap di dalam dada. Beberapa teman sesama Divorce justru berada di posisi berbeda, diceraikan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Mereka menceritakan bahwa sensasi rasa yang diderita lebih kepada ketidaksiapan akan perubahan besar yang terjadi. Mereka juga merasa sedih, takut dan cemas mengingat apa yang terjadi sungguh di luar jangkauan dan kontrol mereka.
Baik kita yang memutuskan atau diputuskan, perceraian akan selalu membawa luka.
Luka yang mengarahkan kita pada perasaan sepi dan sendiri. Perasaan seperti ini apabila dibiarkan berlarut maka bukan tidak mungkin akan lanjut membawa kita pada symptoms stres dan depresi. Namun akan selalu ada jalan terang setelah kegelapan, sehabis badai akan muncul pelangi.
Kata – kata itu terasa benar dalam hidup saya, setelah bertahun – tahun hidup dalam perasaan yang terasa mematikan, berangsur matahari muncul lagi. Saya pun perlahan bangkit dan menjadi seseorang yang lebih berdaya, dengan pola pikir dan juga kesadaran baru.
Bahwa hidup ini bisa memberi saya apa saja. Seperti jeruk yang paling masam sekalipun, namun nyatanya saya bisa olah dengan memberinya gula dan bongkahan es yang menyegarkan!
Berikut cara saya mengolah ‘rasa’ masam itu:
- Mengubah Pola Pikir
Berkat bantuan Profesional, saya mampu untuk memetakan permasalahan baik fisik maupun emosional yang saya derita pada waktu itu. Saya juga menjadi mampu untuk mengenali emosi kemudian mengendalikannya, meningkatkan rasa sejahtera, mengurangi rasa tertekan dan melewati masa krisis dengan baik.
Pola pikir saya yang awalnya melabel perceraian sebagai suatu hal yang buruk perlahan membaik. Saya berusaha memahami dan menyadari bahwa perceraian itu sebagaimana pernikahan. Keduanya adalah suatu hal yang netral dan sama – sama butuh perjuangan untuk menjalaninya.
Menikah atau bercerai, tidak akan mengurangi nilai saya sebagai seorang individu. Apa pun yang akhirnya dipilih, saya tetap dapat untuk menjadi versi diri yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
2. Menyadari Passion
Kesendirian pasca bercerai memang bisa erat kaitannya dengan kesepian, namun dengan pola pikir yang tepat, kesendirian ini justru menjadi berkah!
Telah lama saya menyimpan hasrat untuk bepergian ke tempat – tempat indah yang selama itu hanya tergambar dalam angan. Maka mulailah saya mewujudkan mimpi, awalnya saya pergi dengan teman, namun lama kelamaan saya mulai bisa menikmati solo traveling.
Dan tak disangka ternyata dari sana saya banyak bertemu guru kehidupan. Hingga akhirnya saya tergerak untuk menuliskan segala pengalaman dan juga pembelajaran yang saya dapatkan ke dalam tulisan pada laman Ibu Lajang Petualang
Hasilnya sangat jauh dari dugaan. Awalnya saya hanya ingin menyalurkan minat dan bakat, nyatanya page itu mengantarkan saya bertemu jiwa – jiwa indah lainnya. Page itu menjadi sarana saya dalam menebar manfaat dan kebaikan.
3. Bergabung dengan Komunitas
Last but not least, pertumbuhan dan juga pemulihan jiwa saya sangat erat kaitannya dengan komunitas yang saya ikuti sejak tahun 2020 yaitu Single Moms Indonesia.
Di dalam komunitas ini saya betul – betul menemukan dunia baru yang membuat saya merasa berharga, berani dan utuh. Bertemu teman – teman senasib dan sepenanggungan. Saya mulai sadar bahwa apa yang saya alami tidaklah menakutkan. Saya melihat begitu banyak teman – teman Ibu Tunggal yang juga luar biasa kisah hidupnya, namun tetap mampu berdiri tegak dan lanjut berjalan.
Komunitas Single Moms Indonesia juga mengajarkan saya kemampuan baik hard skill maupun soft skill yang sangat bermanfaat ketika dibawa ke dunia nyata. Saya merasakan sebuah perubahan besar. Saya merasa semakin dekat dengan diri dan menjadi versi diri yang sejati.
Diri yang tak perlu dibuat – buat, diri yang apa adanya, dan diri yang telah menyadari kekuatan yang berada di dalamnya. Tidak ada lagi perempuan labil yang menangis dan berjalan terseok karena terus menerus menyalahkan perceraian sebagai penyebab ia putus kuliah dan terpisah dari anaknya.
Dia berganti sosok perempuan dewasa yang mampu berdamai dengan keadaan. Perempuan yang bisa memperbaiki hubungan dengan mantan suami serta keluarganya demi menjalani pola asuh co-parenting bagi putra semata wayang. Dia yang dengan berani mengakui bahwa perceraian justru adalah ladang belajar bagi dirinya.
————————————————————————————————————————————————-
Begitulah sekilas perjalanan saya menemukan diri yang hilang. Diri yang bahkan tidak pernah saya kenal sebaik ini sebelumnya. Sinar serta kharisma yang terpancar semua berasal dari keutuhan serta pemenuhan diri yang telah belajar untuk menerima dan memahami semua yang telah terjadi.
Semoga kamu juga bisa menemukan dirimu lagi, diri yang telah menanti lama untuk kamu jamahi. Cari dan temukan dia, lalu kenali dan bawa terbang tinggi.
See you at the top, dearest Mamos!
Salam sayang – Safitri
Editor & Ilustrasi: Ans
Single Mom dengan 1 anak laki – laki yang sedang beranjak remaja. Menyukai topik seputaran self healing. Sangat senang bisa bergabung dalam komunitas Single Moms Indonesia
Pingback: Saya memilih untuk menulis movie review ini
Pingback: Kenapa Single Moms itu Luar Biasa? - Single Moms Indonesia