Movie Review: Ride On (Staring By Jackie Chan)

Saya memilih untuk menulis movie review ini karena beberapa alasan. Jackie Chan adalah salah satu aktor favorit saya. Aktingnya yang natural dan lebih mengandalkan seni olah bela diri dari pada teknologi animasi dan efek-efek buatan. Setidaknya begitulah kebanyakan dari film Jackie yang saya pernah lihat. Hal yang selalu kental terasa dari film Jackie Chan adalah unsur hubungan manusia. Banyak film-film Jackie yang menjadikan sebuah hubungan menjadi alasan kuat film tersebut menarik dan membawa penonton pada sebuah emosi.

Begitu pula yang saya lihat di film terbaru Jackie yang berjudul Ride On. Film ini mengisahkan tentang seorang pria (Lao Luo) yang berprofesi sebagai pemeran pengganti (stuntman) yang mulai memasuki usia senja. Bersama kuda yang diaodopsinya (Red Hare), Lao Luo melewati hari tua dengan bekerja sebagai pemeran pengganti di banyak film.

 

Movie Review Ride On Staring By Jackie Chan

Movie Review: Ride On

Pertentangan emosi antara Lao Luo dan istrinya terjadi karena Sang Istri selalu khawatir dengan profesi suaminya. Sementara Lao Luo tetap bersikukuh untuk menggeluti profesinya. Hal yang membuat mereka memutuskan untuk berpisah. Keadaan yang membuat Lao Luo terpisah dari anak perempuan semata wayang yang dia miliki. Saat Lao Luo mengalami kecelakaan dia tidak berani lagi datang ke keluarganya. Keadaan yang menyebabkan Sang Putri (Xiao Bao) merasa kehilangan sosok ayahnya. Dalam keadaan yang sulit, Sang Ibu tetap menanamkan kasih sayang pada putrinya agar tetap menerima Sang Ayah jika suatu hari nanti ayahnya datang kembali.

Belasan tahun kemudian, putrinya telah tumbuh dewasa dan hampir menjadi pengacara. Istri Lao Luo telah meninggal. Karena usia senja Lao Luo pun mengalami kesulitan dalam hal keuangan. Lao Luo terlibat masalah serius dengan para penagih hutang. Dia memanfaatkan kuda yang diadopsinya untuk menghasilkan uang. Lao Luo kembali pada industri film untuk menjadi stuntman. Adegan demi adegan yang menunjukkan bagaimana seorang putri berusaha menerima ayahnya dengan keadaan yang buruk. Xiao Bao berusaha menerima ayahnya karena mengingat kata-kata ibunya. Sang Ibu selalu menanamkan sosok baik Sang Ayah dalam ingatan Sang Putri.

Perpisahan tidak membuat ibu Xiao Bao membenci Sang Mantan suami.

Istri Lao Luo menyadari bahwa hubungan yang buruk hanyalah tentang dirinya dan Sang Mantan Suami. Bagaimana pun Lao Luo tetaplah ayah bagi putrinya. Dia tidak berusaha menanamkan kekecewaannya dengan Lao Luo pada hati Xiao Bao. Hal ini juga yang akhirnya menjadi sebuah nilai dalam diri Xiao Bao untuk tetap menerima dan bersikap baik pada ayahnya. Dia menyadari bahwa bagaimana pun ayahnya adalah bagian dari dirinya. Seburuk apa pun masa lalu dan perasaan sedih yang pernah dia rasakan. Xiao Bao akhirnya justru terlibat dalam kehidupan Sang Ayah. Dia dan kekasihnya membantu Sang Ayah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Adegan demi adegan lucu pun tersaji di sini.

Film ini sangat-sangat mengandung trigger bagi orang yang pernah mengalami perceraian. Emosional penonton begitu dimainkan untuk merasakan hubungan antara ayah, anak dan kuda kesayangan mereka. Film yang bukan sekedar tontonan tapi juga mengajarkan kebaikan tentang memaafkan. Ketika saya keluar dari bioskop setelah menyaksikan film ini, saya melihat wajah-wajah penonton memerah karena menangis. Artinya film ini sangat sukses meninggalkan jejak luar biasa di hati penonton. Bukan karena saya Single Mom dan melihat film ini lantas terbawa perasaan, nyatanya film ini memang membangun perasaan penonton secara keseluruhan dari berbagai kalangan.

Film ini dedikasikan Jackie untuk orang-orang yang berprofesi sebagai stuntman. Di usianya yang ke 69 tahun, mungkinkah ini adalah film terakhir Jackie?

Spread the love

1 thought on “Movie Review: Ride On (Staring By Jackie Chan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *