Kali ini kami akan menyajikan sharing & caring dari salah satu single mom penyintas KDRT yang juga Big Sister program SMI Sisterhood, Komunitas Single Moms Indonesia (SMI), Dini Surya Istanti atau yang lebih sering disapa Mbak Dini.
Mbak Dini menjalani pernikahan yang penuh dengan kekerasan selama dua belas tahun. Bahkan ia merupakan salah satu korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), yang sempat menjadi pembicaraan media lokal Surabaya pada akhir 2016 silam. Pernikahan yang tidak sehat dan proses perceraian yang panjang, membuat Mbak Dini mengalami kehancuran kondisi mental, fisik dan ekonomi. Kondisi ini sempat membuatnya gamang dan terpuruk dalam memulai langkahnya sebagai single mom, terlebih kedua anaknya juga menjadi korban kekerasan.
Ketakutan dan trauma KDRT itu harus dihadapi bukan untuk dihindari.
Ditengah ketakutannya terlintas dalam pikiran Mbak Dini, “Kalau ibu tidak kuat bagaimana dengan anak-anak”. Kalimat ini menjadi start point untuknya bangkit dari keterpurukan. Perlahan dan pasti mbak Dini mulai melangkah maju berusaha menyelesaikan satu demi satu masalah yang terjadi.
Menurut Mbak Dini, adalah hal yang wajar bagi setiap orang untuk sedih, kecewa ataupun marah terhadap suatu keadaan. Diperlukan waktu untuk menerima semua kondisi tersebut. Pengalaman mengajarkan Mbak Dini, bahwa tidak perlu overthinking terhadap semua hal, karena kebanyakan semua kekhawatiran itu tidak selalu terjadi.
Selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap tahap kehidupannya, membuat Mbak Dini tetap tenang dan pantang menyerah dengan kondisi apapun. Bila tidak ada tembok untuk bersandar masih ada lantai untuk bersujud. Mbak Dini meyakini Tuhan sudah menjamin kehidupan umat-Nya, dan tugas manusia hanyalah terus berusaha sebaik mungkin.
Teruslah Berusaha Sampai Waktunya Kita Pulang.
Berbagai terapi dan konseling, dilakukan Mbak Dini untuk memulihkan trauma fisik dan mentalnya. Dalam suatu sesi konseling, Mbak Dini dikenalkan dengan metode self help. Dengan metode ini ia diarahkan untuk memahami perasaan dan menggali semua ketakutannya. Setelah semua ketakutan tergali dilakukan pembedahan masalah, dan selanjutnya mencari solusi bagaimana cara mengatasinya.
Dari hasil pembedahan masalah, Mbak Dini menyadari bahwa ketakutan terbesarnya adalah kekerasan. Kemudian ia diarahkan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Salah satu cara yang ia lakukan adalah mencari informasi tentang latihan bela diri. Mbak Dini yakin dengan belajar beladiri, ia akan bisa melindungi dirinya dari trauma kekerasan yang pernah ia alami.
Dari berbagai informasi yang dikumpulkan, akhirnya Mbak Dini bergabung dengan Women Self Defense of Kopo Kyu (WSDK). Pertimbangan Mbak Dini memilih WSDK karena menurutnya adalah beladiri yang ramah untuk wanita. Teknik yang dilakukan dengan metode self defense, yaitu teknik beladiri praktis untuk mempertahankan diri dari berbagai kejahatan yang sering terjadi di dalam masyarakat.
Keyword dari pelatihnya “tujuh kali jatuh delapan kali bangun”. Melecut semangatnya untuk tidak menyerah dengan semua tantangan yang dihadapi dalam latihan bela diri. Kegigihan dan semangat Mbak Dini dalam berlatih, akhirnya mengantarkannya menjadi Brand Ambassador WSDK.
Relationship Single Mom.
Kegagalan rumah tangga yang pernah ia alami membuat Mbak Dini lebih selektif untuk memulai hubungan baru. Sebagai seorang single mom harus membuat kriteria yang jelas dan spesifik dalam memilih pasangan hidup. Ketika seorang single mom sudah menetapkan kriteria dan batasan yang jelas maka dengan sendirinya ia akan terus berusaha memperbaiki dan memantaskan diri untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengalaman hidup mengajarkan Mbak Dini, terus bertumbuh menjadi pribadi yang makin baik dan bermanfaat bagi orang di sekitarnya. “Just do it” , lakukan yang terbaik dan teruslah bersyukur dalam kondisi apapun, membuatnya tetap tenang dan fokus pada tujuan hidupnya.
Begitulah Mbak Dini memaknai setiap fase kehidupannya, kehidupan yang terus berputar dan penuh dengan tantangan. Semoga sharing pengalaman dari Mbak Dini bisa membantu member SMI lain yang mengalami kondisi serupa.
Editor & Ilustrator : Ans
=====================================
Tentang penulis
Penulis yang lahir di Lampung, lulusan Teknik Industri salah satu universitas di Bandung. Susi nama panggilannya, penyuka warna coklat yang hobby membaca, olahraga beladiri, travelling dan berorganisasi.
Seorang Ibu tunggal dari seorang putra yang sedang menginjak fase remaja, menyempatkan diri belajar literasi di sela-sela kesibukan bekerja di sebuah klinik kesehatan hewan. Menurutnya dengan menulis ia akan terus mengasah pikiran agar tetap logis dan sistematis, juga untuk menambah wawasan.
Life is journey cara ia menjalani kehidupannya dan memegang motto ‘apapun diri anda jadilah hebat’.
Contributor adalah anggota SMI yang menyumbangkan tulisannya untuk berbagi di blog.