Sebuah Renungan Tentang Kehilangan Pasangan

Setelah dua tahun kehilangan pasangan, akhirnya saya sampai di titik, di mana saya menyadari bahwa menjadi tetap kuat adalah sebuah pilihan. Saya akan berbagi dengan Mamos di Komunitas Single Moms Indonesia tentang proses menerima kehilangan, mengatasi kesedihan dan membangun diri kembali.

Jika boleh memilih pastinya kita memilih untuk tidak pernah berpisah dengan banyak orang yang kita cintai. Namun ternyata hidup tidak selalu seperti itu bukan?

Kehilangan akan tetap ada, entah kita yang kehilangan mereka, atau mereka yang akan kehilangan kita. Meninggalkan dan ditinggalkan adalah sebuah ketetapan yang Maha Agung tentukan.

Kehilangan suami yang sangat saya cintai telah membuat saya merasa sangat hancur. Saat itu, rasanya hidup menjadi sangat sulit. Saya tidak bisa melihat bagaimana harus menjalani hari berikutnya tanpa dia.

Tapi dengan kemurahan Sang Pencipta, saya diberikan kemampuan untuk sampai di titik ini, dan memiliki perasaan ini. Sebuah perasaan yang tidak mudah untuk didapat, yaitu memilih untuk tetap kuat. Saya memilih untuk tetap jalan ke depan.

Sebuah Renungan Tentang Kehilangan Pasangan

“Bagaimana dengan besok?”

Pertanyaan ini pernah saya tanyakan pada diri sendiri. Mengingat segala kebutuhan yang selalu tercukupi saat suami masih ada. Tapi lagi-lagi saya tersadar, bahwa sebenarnya saya tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hari esok. Saya mencoba untuk hanya cukup memikirkan saat ini dan hari ini.

Berlebihan memikirkan hari esok dengan segala kekhawatirannya, kadang hanya menimbulkan ketakutan yang kemudian melemahkan. Padahal hari esok belum tentu terjadi. Esok punya nanti.

Percaya atau tidak ternyata hidup ini adalah tentang pilihan. Semua kembali pada diri kita sendiri memilih untuk tetap kuat atau lemah.

Saya pun pernah selemah itu dan saya mengijinkan kelemahan itu ada. Saya percaya kekuatan tidak akan hadir jika kelemahan tidak pernah ada.

“Lalu untuk melanjutkan langkah kedepan bagaimana SETELAH KEHILANGAN PASANGAN?”

Iya, setelah lemah dan kuat hadir dan terima secara utuh dalam diri, maka tugas selanjutnya adalah memilih. Yaitu memilih dengan cara apa melanjutkan hari esok dan saya memilih untuk kuat dengan dan untuk diri sendiri.

“Bagaimana cara memulainya?”

Saya mengambil sebuah buku dan mulailah mencatat keahlian apa yang sudah saya miliki.

Apakah bisa masak makanan yang lezat? Apa bisa menjahit walaupun sekedar menambal pakaian yang rusak? Apakah ada skill dibidang lain? Saya mencatat semuanya lalu mulai berfokus pada satu hal tersebut.

Ternyata pilihan saya adalah baking. Saya memang hobi membuat kue. Sebuah hobi yang akhirnya saya tekuni lebih serius sepeninggal suami. Saya terus berfokus dan mengembangkan hobi tersebut. Hingga sekarang hobi itu menjadi salah satu sumber penghasilan yang bisa saya andalkan.

Mungkin di antara Mamos masih ada yang bingung dan merasa tidak punya keahlian. Mulailah untuk berhenti merendah pada diri sendiri. Karena kalau bukan kita yang percaya dengan diri ini, lalu bagaimana akan membuat orang lain percaya pada kita?

Mulailah walau dengan tangan gemetar, gugup karena tak percaya diri. Mulailah walau hati kita merasa malu. Lalu tawarkan keahlian kita pada orang-orang disekitar kita.

Mulailah menjual karya walau dengan perasaan yang campur aduk. Tunjukan pada dunia bahwa kita terus melangkah maju walaupun sangat perlahan.

Percayalah, Sang Maha Kuat akan memberikan kekuatan yang hebat pada diri yang mau terus berjuang.

Lambat laun nanti standard kecukupan yang kita miliki akan berubah. Kelapangan hati juga akan meningkat, dan kepercayaan diri untuk tetap melangkah akan selalu kita dapatkan.

Hal yang lebih menakjubkan dari itu semua adalah mindset kita tentang hidup akan terus bertumbuh dan semakin meriah!

Semoga renungan yang saya bagikan bisa membuat Mamos yang masih terkurung dalam kehilangan dan kesedihan merasa lebih bersemangat. Hidup terus berjalan, mulailah melakukan sesuatu dan membangun sesuatu dalam dirimu. Sekecil apa pun itu.

Peluk hangat -Ratih-

Editor & Ilustrasi: Ans

===================================

Tentang Penulis

Ratih Kian

 

 

 

 

 

Ratih Kian

Telah menjadi single mom setelah dua tahun kepergian suaminya. Dia memilih menjadi seorang penulis agar bisa menuangkan banyak rasa. Karya yang pernah dibuat adalah Buku antologi ‘Perjalanan Ibu Tunggal’ yang di fasilitasi oleh SMI, Novel duet bersama Ans yang berjudul ‘Pelangi Hitam’, Buku antologi ‘Pendar Yang Sirna’ (Juara 3). Selain menulis, ia juga memiliki hobi membuat kue, yang kini dipasarkan dengan merk ‘Ratih Cookies’. Penulis dapat dihubungi di FB: Ratih Kian

 

Spread the love

3 thoughts on “Sebuah Renungan Tentang Kehilangan Pasangan

  1. Susie Reply

    Nice share mom…hidup ini adalah pilihan, teruslah bertumbuh sampai akhirnya Tuhan memanggil kita pulang..

  2. Fafa Reply

    I feel you mom, baru minggu kemaren peringatan meninggalnya suami saya yang ke 2 tahun. Di 2 tahun kepergiannya ini saya baru merasa menerima kalo saya memang harus berjuang sendiri. Dan yang kulakukan sama dengan moms ratih, tidak berpikir terlalu jauh ke depan, yang penting hari ini saya dan anak2 bisa makan, bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dan Alhamdulillah saya bisa kuat sampai hari ini. Peluk jauh dariku para single mom hebat , kita pasti bisa.

  3. Pingback: Perjalanan Untuk Pulih - Single Moms Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *