“Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” adalah tema HUT ke-77 RI tahun ini. Kalimat yang pastinya bisa jadi semangat para ibu tunggal untuk kembali berdaya.
Memangnya bisa pulih lebih cepat? Beberapa situs yang saya temukan menganjurkan beberapa hal berikut untuk kita bisa pulih lebih cepat dari keterpurukan dan trauma yang kita alami. Bulan Agustus ini, dengan semangat untuk merdeka dari limitasi, adalah saat yang tepat untuk mulai bangkit, bahagia dan berdaya.
Pertama, sadari bahwa kita tidak harus langsung pulih 100% untuk bangkit lebih kuat. Daripada membuat satu goal besar, buat beberapa target kecil yang realistis. Ambil langkah sederhana dan rayakan setiap pencapaian. Misalnya ketika bangun pagi dengan tidak semangat, kita membuat target menyelesaikan setrikaan yang menumpuk. Ketika akhirnya tumpukan baju kusut itu hilang dan masuk ke lemari, rayakan dengan makan es krim.
Kedua, sabar. Yes, sabar ini penting karena seringkali kita mengharapkan hasil yang instan. Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki kecepatan healing yang berbeda. Jangan pusing kalau melihat teman sudah pulih duluan, sudah menjalani kehidupan seperti biasa sementara kita masih tidak baik-baik saja. Pulih adalah perjalananmu sendiri. Lebih cepat bukan berarti kompetisi dengan orang lain, tetapi kompetisi dengan diri sendiri agar tidak terjebak menjadi nyaman di situasi yang tidak sehat.
Ketiga, belajar dari masa lalu bukan melupakannya. Masa lalu akan selalu jadi bagian dari hidup kita termasuk semua yang berbau ‘mantan’. Perpisahan saya dengan bapak dari anak saya juga tetap jadi bagian dari hidup saya, apalagi anak sekarang sudah remaja dan mulai banyak mengklarifikasi hubungan saya dan ayahnya. Tidak mungkin dilupakan dong. Ada di masa lalu bukan berarti harus jadi bagian dari kehidupan saya di saat ini. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran, lalu fokus ke diri sendiri dan anak di masa sekarang.
Keempat, lakukan hal yang disuka. Seringkali kita mengedepankan kebutuhan anak dan keluarga lainnya, lalu lupa bahwa ibu tunggal juga manusia yang punya jati diri. Meluangkan waktu untuk melakukan hobi atau belajar hal baru juga bisa membantu kita pulih lebih cepat, karena ini kan untuk diri sendiri. Hal-hal yang kita suka dan tidak dipaksa melakukannya. Ada rasa bersalah? Pasti. Saya juga begitu. Masa iya menitipkan anak balita ke oma-nya supaya saya bisa nonton konser? Tapi, selain tidak dilakukan setiap hari, saya juga bisa jadi mama yang lebih baik dan lebih happy ketika kembali harus mengurus anak. Mau bangkit kan juga harus punya tenaga. Dari mana lagi sumbernya kalau bukan dari kebahagiaan menjadi diri sendiri dan melakukan hal yang disuka?
Kelima, cari lingkungan yang mendukung. Kalau keluarga tidak mendukung, coba cari teman atau komunitas yang sejalan. Saya bersyukur bisa menemukan Single Moms Indonesia dan mengenal banyak teman-teman senasib yang sedang sama-sama berjuang untuk pulih dan bangkit untuk berdaya. Teman-teman yang melihat proses healing bukan sebagai kompetisi (ingat poin kedua tadi) tapi sebagai kesempatan saling belajar dan menyemangati. Kelilingi diri sendiri dengan orang-orang positif agar pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
Yang jelas semuanya harus dimulai dengan keinginan untuk pulih dan bangkit.
Kalau kata lirik lagunya Kelly Clarkson, “what doesn’t kill you makes you stronger.” Bisa dong kita jadi ibu tunggal yang bangkit, berdaya dan bahagia.
Ibu tunggal satu anak berusia 16 tahun. Senang menulis, ngeblog dan jalan-jalan sama anak di waktu senggang lalu posting dengan hastag #datewithdudu. Bergabung dengan SMI di bagian Learning & Development. Follow di instagram: @datewithdudu
Pingback: Menemani Anak Mengelola Rasa Duka Akibat Berpulangnya Ayah - Single Moms Indonesia