Mengenali Hidup Dari Sebuah Hobi (Diving Philosophy)

Benarkah cara menyikapi hidup bisa dikenali dari sebuah hobi? Apakah artikel ini akan menjadi bagian dari curcol? Bisaa! Bisaa!

Orang yang pernah belajar olahraga selam, saya yakin bakal ngangguk kenceng mengiyakan kutipan di atas. Untuk belajar jadi penyelam, seseorang sekurangnya harus bisa berenang. Selebihnya tinggal belajar teori, latihan beberapa skills di kolam lalu ujian praktek di lautan. Yah, butuh empat sampai enam hari aja, sudah bisa tuh punya lisensi selam.

Saat mau ‘turun’ ke lautan, para penyelam juga memilih lokasi. Biasanya mereka akan memilih yang jelas-jelas saja kondisinya untuk dijelajahi. Misalnya, jelas ada kehidupan, jelas arusnya bersahabat, jelas ada aksesnya dan (wajib hukumnya) jelas keamanannya, selektif!

Nah! kalau yang mau diselami adalah hati seorang manusia? Boro-boro bisa itungan hari, yang udah bertahun-tahun hidup bersama pun, bisa ‘geser server’  dan nggak ketebak, ya kan?! (lah koq ngegas, mbaknya?!).

Mengenali Hidup Dari Sebuah Hobi (Diving Philosophy)

Having Fun vs Having Cuan, Bukan Hanya Hobi!

Itu tadi cerita pembuka pembahasan tentang gimana hobi itu bisa mendukung proses pengembangan diri. Setidaknya buat saya pribadi, hobi menyelam ini cukup banyak membantu diri dalam proses membangun Self Development. Demi menyelam, saya jadi terbiasa menyiapkan rencana, punya rasa peduli pada orang lain, paham gesture (a little bit), bisa menahan diri dalam mengendalikan emosi, pokoke meningkatkan kualitas diri jadi lebih kece.

Anyway, perkenalkan saya Jowvy Kumala, Instruktur Diving, PADI 5 Star since 2014. Satu dari sedikit jajaran Diver Pro Komunitas Penyelam Profesional Perempuan Indonesia. Saya juga salah satu member dan volunteer di Komunitas Single Moms Indonesia.

Sejak mengenal olah raga diving di tahun1999, saya sudah merasa ada yang menggetarkan jiwa pada hobi di dunia air ini. ‘Dia’ bikin saya tidak puas hanya sekedar ‘having fun’ tapi sungguh berhasrat ingin sampai ‘having cuan’ dari kesenangan ini. Saya rela olah fisik latihan, menyisihkan budget bulanan, belajar lagi sampai bergadang. Belum lagi menikmati kulit terpanggang sun tan, menempuh belasan jam ke perairan hingga daerah pedalaman. Semua demi bisa naik selevel demi selevel hingga berhak dipercaya memegang lisensi sebagai pengajar-coach-instruktur selam.

Normalnya saat seseorang sedang mengerjakan hobinya memang begitu kan, ya. Betah melakoni, telaten, mengulik sampai lupa waktu. Tapi sesungguhnya selain itu, saya juga mendapati beberapa prinsip dasar dalam aktifitas diving ternyata filosofinya sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya begini, nih!

1. Semakin banyak GAYA makin besar TEKANAN dalam hidup.

Penerapan hukum fisika gaya dan tekanan yang rumusnya adalah P = F/A. P artinya Tekanan (Pressure); F artinya Gaya (Force); A untuk Area surface. Formula ini menjelaskan bagaimana korelasi Tekanan yang merupakan besarnya Gaya berbading terbalik dengan Luas Penampang.

Ya seperti hidup kita aja, Mamos, kalau kebanyakan GAYA tapi gak didukung LUAS-nya hati dalam berbagi dan bersyukur, maka makin besar juga TEKANAN yang diterima. Hidup tidak usah kebanyakan gaya, simpelnya gitu.

2. Never Dive Alone, saling menjaga.

Semua penyelam rekresional selalu diajarkan untuk melakukan buddy system pada setiap aktifitas selam. Diawali dengan prinsip Never Dive Alone. Hindari menyelam sendirian se-anti sosial apapun dirimu. Menyelamlah bersama, minimal dengan seorang buddy. Ini merupakan prosedur keamanan yang paling dasar.

Sebelum turun ke air pun para penyelam diwajibkan untuk melakukan pre-dive-safety-check yaitu saling memeriksa fungsi dan kelengkapan peralatan selam buddy-nya, satu sama lain. Hal seperti ini dilakukan agar masing-masing bisa mengantisipasi untuk memberikan bantuan jika terjadi situasi darurat terhadap rekannya, di bawah air. Saling menjaga minimal dengan rekan terdekatnya.

Indah kan kalau dalam keseharian kita bisa juga bersikap seperti itu. Saling menjaga perasaan, kebutuhan, kepentingan, minimal ke orang terdekat kita. Kuncinya pada kata ‘saling’ yang berarti dilakukan satu sama lain. Kalau cuma satu saja yang melakoni, itu sih namanya ‘silang’.

3. Bouyancy dan Equalization, memastikan keseimbangan.

Kunci menyelam nyaman dan aman dimulai dari mengatur keseimbangan sejak dari permukaan. Kita perlu kenal dengan diri sendiri biar paham apa kebutuhan utama kita dalam sebuah penyelaman. Setelah melewati pelatihan dan mengumpulkan log dive (jam selam), peselam akan paham jumlah ‘beban’ timah yang dibutuhkan sesuai berat tubuhnya sehingga dapat mengatur keseimbangan (bouyancy) di dalam air.

Saat mulai turun dari permukaan air, lagi-lagi penyelam perlu mengatur keseimbangan tekanan pada bagian telinga yang disebut sebagai proses equalization atau Manuver Valsava. Tekanan air sekitar pada rongga sinus dan telinga jika dibiarkan dapat menyebabkan rasa sakit. Penyelam harus menghembuskan nafas dengan cara memencet cuping hidung, tanpa membuka mulut. Sehingga udara akan menekan ke bagian telinga dan membuka saluran Eustachio. Ini untuk menyamakan tekanan di dalam telinga dan mengurangi rasa sakit akibat tekanan dari air laut.

Memahami diri sendiri itu penting, agar tidak bablas ‘tenggelam’ terlalu dalam atau tertekan terlampau sakit. Jika beban terasa terlalu berat, berbagilah. Tidak perlu menunggu sampai terasa sakit untuk bereaksi pada suatu tekanan. Nah, pasti banyak yang related tentag hal ini, kan?

4. Stop – Think – Act, ada masalah? Woles ajah!

Seheboh apapun personality seorang penyelam di daratan, begitu masuk air auto tidak bisa berisik apalagi mau gibah. ‘Udah kalem aja lu melayang di bawah sana’. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan dive sign. Kode, iya kode’in aja buddy atau leader kamu atas setiap apapun yang ingin disampaikan. Termasuk kalau bertemu dengan masalah.

Menyelam itu bagai masuk ke dunia lain yang tidak biasa, maka menjaga ketenangan diri adalah wajib. Berenang dengan tenang akan menjaga nafas jadi lebih lambat, hemat oksigen. Sikap tenang juga membuat lingkungan selam tidak terganggu gerakan-gerakan yang berlebihan. Ini juga membantu berpikir jernih dan mampu segera mengenali jika ada masalah pada diri/teman/lingkungan.

Kadang, ada saja kejadian yang bisa mengganggu penyelaman. Misal keram otot, gear tidak berfungsi, kecelakaan atau lainnya. Jika itu terjadi, maka penyelam disarankan segera memberi kode ke buddy/leader-nya. Berhenti sejenak sambil berpikir dan mengenali problem apa yang sedang terjadi. Setelah itu baru melakukan tindakan recovery yang dibutuhkan.

Dalam keseharian, bukannya kita juga diharapkan bisa seperti itu. Tenang dulu, resapi masalah yang diterima. Terima dulu perasaan tidak nyaman karena mendapatkan cobaan. Namanya juga cobaan, ya harus dicobain. Barulah berpikir bagaimana mencari solusinya.

Ada nggak sih orang yang nggak punya hobi dalam hidupnya?

Sebuah artikel dari situs klikdokter mengutip kata-kata dari Psikolog Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog; Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan, minat, atau tertarik pada hal-hal tertentu. Itulah awal mula hobi.

Lalu kenapa ada orang yang merasa tidak memiliki passion?

Menurut Ikhsan, bisa jadi orang tersebut belum mengenali dirinya dengan baik. Rutinitas aktifitas atau pekerjaan juga kadang bisa menyamarkan hobi dan passion seseorang. Dia lalu lupa hal yang pernah disukainya. Hal ini perlu diwaspadai tuh, kalau seseorang tidak terlalu sibuk tapi tidak tertarik juga melakukan kegemarannya, tanpa dia sadari, hal tersebut bisa dikategorikan sebagai gejala depresi, lho!

Setiap orang menjalani serangkaian ‘krisis psikososial’ pada rentang waktu tertentu. Pada saat yang sama ia pun akan memiliki rintangan emosi tertentu yang butuh diatasi. Dalam beberapa referensi, saya menemukan bagaimana sebuah/beberapa hobi itu bisa diandalkan untuk memberikan dampak pada pengembangan diri seseorang. Terlebih ketika dia tahu makna dan manfaat dari hobinya. Bisa jadi membuat ia tergerak untuk berkomunitas dengan peminat hobi yang sama lalu bisa meningkatkan kemampuan.

Itulah juga alasannya mengapa proses pengembangan diri akan menjadi lebih efektif jika dilakukan melalui pendekatan mengoptimalkan hobi atau passion yang dipunyai. Pada final-nya, Si Hobi ini bisa membuat pelakunya lebih produktif dan mampu menjadikan passion-nya sebagai sumber CUAN!

Begitulah sudut pandang saya dalam proses pengembangan diri dari perspektif kegiatan menyelam. Dalam hal ini saya setuju dengan quote ini:

Diving is an investment of time and money but the rewards can be life-changing, literally. – Andy Cummings.

Apakah para Mamos juga punya sudut pandang yang sama dengan saya dalam menyikapi hidup melalui pendekatan hobi?

Editor & Ilustrasi: Ans

===========================================================

Tentang Penulis

Jowvy Kumala

Lulusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin yang nyambi 10 tahun sebagai penyiar di empat radio swasta plus di TVRI stasiun Makassar, di sela-sela waktu kuliahnya. Sempat berkarya sebagai Public Relation di sebuah bank, lalu pindah ke industri Telekomunikasi Seluler berotasi mengisi beberapa departemen dalam divisi Corporate Communication selama 19 tahun. Setelah mengambil pensiun dini tahun 2020, ia serius menjalani passionnya sebagai Instruktur Selam, sekaligus mendampingi putri bungsunya Homeschooling. Menjadi volunteer adalah salah satu ‘kegemaran’nya yang dilakukan untuk menularkan jiwa peduli dan berbagi sebagai fitrah manusia, pada keempat anaknya. Mulai dari aktivitas charity, mengajar, olahraga, survey hingga tanggap bencana sudah pernah dilaluinya. Bergabung dan berkontribusi di SMI tentu memberikan semangat tersendiri baginya untuk bisa belajar sekaligus berkontribusi kepada para Ibu Tunggal se-Indonesia.

 

 

Spread the love

2 thoughts on “Mengenali Hidup Dari Sebuah Hobi (Diving Philosophy)

  1. Pingback: Fatherless Dan Pengaruhnya Dalam Tumbuh Kembang Anak

  2. Pingback: 7 Ide Kegiatan Mengisi Liburan Sekolah Bersama Anak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *