Tips Berani Lapor Bagi Korban KDRT
1. Bangun kesadaran diri.
Percuma menggali banyak informasi cara keluar dari KDRT namun jauh di dalam hati ini masih belum kuat untuk pergi dan masih ada keraguan. Ujung-ujungnya nanti pasti akan batal pergi atau pencabutan laporan KDRT.
Perlu sesekali Anda menulis alasan anda mau pergi melapor dan alasan anda tidak mau melapor. Setelah selesai menulis, simpan sejenak kertas itu. Ketika terbersit pikiran tak jadi melapor, baca kertas pertimbangan itu. Lakukan berulang tidak apa – apa karena memang pasti akan menghadapi fase dilema, bingung apa jadi pergi lapor atau nggak.
Ketika otak kita sudah sering disuguhi wacana sisi positif untuk melapor, keteguhan hati akan muncul pelan-pelan. Hati semakin mantap untuk lapor.
2. Konsultasi pada pihak yang kompeten.
Bertanya kepada praktisi hukum untuk mengetahui segala risiko, segala skenario yang mungkin terjadi.
Bertanya kepada psikolog, psikiater atau terapis mengenai perkembangan kondisi mental kita yang masih maju mundur untuk lapor.
Bertanya kepada pemuka agama untuk memantapkan hati bahwa keputusan kita tidak menyalahi aturan agama sebab masih banyak pelaku kekerasan menggunakan potongan ayat suci atau ayat Al-Quran serta hadits sebagai senjata supaya korban tunduk pada pelaku sebagai bagian dari bentuk kepatuhan kepada suami atas perintah Tuhan.
Dengan mengumpulkan banyak materi dan informasi, semakin kuat tekad untuk melapor. Ibarat kata sudah siap amunisi perang.
3. Usahakan melapor ditemani setidaknya satu rekan/teman/keluarga/orang yang bisa dipercaya.
Tujuannya untuk menguatkan hati kita, mengingatkan niat kita untuk berjuang keluar dari KDRT. Sebab korban seringkali mengalami badai emosi ketika dalam situasi pembuatan laporan. Bisa muncul kembali rasa iba pada pelaku, rasa takut, bimbang dan sebagainya.
Kalau pun memang tidak ada rekan, juga tidak apa. Berarti harus kuat benar poin 1 tadi yaitu tentang kesadaran diri.
4. Pikirkan keselamatan & kesehatan mental diri sendiri dan anak.
Apabila sering terpapar kekerasan, otak akan menganggap serangan kekerasan bukan lagi sebagai ancaman. Semakin lama terpapar kekerasan, luka trauma semakin dalam dan semakin susah. Setidaknya pikirkan masa depan anak anda.
Pilihan anak korban KDRT ada 3:
- Anak berpotensi jadi agen kekerasan (pelaku) atau jadi korban kekerasan kembali saat dewasa bila terus terpapar kekerasan.
- Anak berpotensi kehilangan nyawa bila pelaku kekerasan tidak bisa mengendalikan emosi.
- Anak bisa menjadi pribadi bahagia, positif dan memiliki masa depan cerah.
Mari memilih nomer 3. Mari kita selamatkan anak-anak segera. Besarnya keinginan untuk menyelamatkan anak biasanya menjadi penyemangat tersendiri bagi seorang Ibu yang akhirnya akan muncul daya juang Ibu untuk bersama maju terus mendampingi anak.
Sekian 4 tips menumbuhkan keberanian untuk melaporkan kekerasan.
Apabila bukan kita, siapa lagi yang bisa menyelamatkan diri ini dan anak sendiri.
Saatnya berubah. Dimulai dari diri sendiri, sekarang, tanpa kata nanti.
Semangat buat semua perempuan Indonesia.
NB :
Cara diatas sudah pernah saya praktekkan. Saya mendapat cara-cara diatas juga hasil dari rangkuman saya ikut berbagai kelas edukasi secara online selama masih dalam lingkup rumah penuh KDRT dulu.
Semoga bermanfaat.
==============================================
TENTANG PENULIS
DINI SURYA
Dini Surya adalah seorang penyintas KDRT yang bukan saja berhasil keluar dari kondisi rumah tangga yang tidak sehat, tapi sekarang Dini adalah pengajar Bela Diri khusus perempuan dan rutin mengedukasi mengenai KDRT. Follow Instagram Dini Surya di sini.
Contributor adalah anggota SMI yang menyumbangkan tulisannya untuk berbagi di blog.