Itu adalah tanggal 8 September 2014, hari di mana Komunitas Single Moms Indonesia (SMI) pertama kali berdiri. Sebaris doa dari hati terucap dalam setangkup harapan dan ketulusan.
“Tuhan, tolong kirimkan orang-orang yang tulus, mereka yang bisa membantu mengelola Komunitas ini.”
Sejak awal mendirikan SMI hingga detik ini, niat saya hanya ingin punya ruang aman. Ruang di mana Ibu Tunggal bisa saling mendukung, bisa bercerita tanpa penghakiman. Lalu bangkit dan berdaya bersama lewat beragam program pemberdayaan yang kami buat khusus.
Jatuh bangun membesarkan komunitas ini memberikan banyak pengalaman juga pelajaran berharga buat saya sendiri.
Saya belajar bahwa, setulus-tulusnya kita, kita tidak pernah bisa benar-benar tahu isi hati orang lain. Tapi, saya percaya dengan kekuatan doa dan ketulusan hati. Ini terbukti, selama 9 tahun berdiri, SMI dikelilingi oleh orang-orang baik yang sefrekuensi. Saya yang awalnya mengerjakan segala sesuatunya sendiri, kini SMI punya banyak volunteers. Para sukarelawan kebanggaan dan didukung pakar-pakar ahli yang dengan tulus bersumbangsih untuk pemberdayaan Ibu Tunggal di Indonesia.
Semakin banyak anggota, semakin kompleks juga proses di belakang layar untuk mengelola dan mengembangkan SMI. Proses bertumbuh dan membudayakan empati juga nggak berjalan mulus-mulus saja, seperti hidup, semua berproses. Saya belajar bahwa menghadapi ribuan anggota dengan kondisi emosi beragam dan latar belakang cerita yang berwarna membutuhkan kebesaran hati serta kesabaran luar biasa.
Maka semakin kencang doa di atas terucap.
Di SMI saya juga belajar bahwa seleksi alam itu sangat nyata adanya. Pada akhirnya, mereka yang punya agenda tersembunyi akan gugur dengan sendirinya. Waktu selalu menunjukkan wajah asli dan ketulusan setiap orang.
Begitu juga dengan keanggotaan di SMI. Anggota keluar dari komunitas itu adalah hal yang sangat wajar dalam community management. Lifecycle anggota juga beragam ini adalah hal yang lumrah. Bagi kami sebagai komunitas, hal terpenting adalah tetap fokus dan berjalan, bergandengan tangan sesuai dengan visi misi yang terbentuk dari awal.
Sejalan dengan waktu, anggota makin banyak tentu “PR” kami makin banyak. Semakin butuh bantuan dari teman-teman volunteers. Karena saya sadar butuh tim untuk mengusung visi dan misi SMI. This is NOT a one woman show!
Saya sangat bersyukur setelah sempat mengalami ‘drama-drama’ dalam mengelola volunteers, akhirnya dengan bangga saya bisa mengatakan bahwa 2 tahun terakhir ini, SMI sudah bisa memetik buah manis dari proses mengelola volunteers. Sekarang, SMI dikelilingi oleh barisan wanita-wanita tangguh yang dengan kesungguhan hati bekerja sukarela. Tanpa dibayar mereka berdiri untuk bersama-sama menjaga “Rumah Teduh” kami. Hampir semua volunteers punya pekerjaan juga kesibukan utama, jadi ‘part-time’-nya di SMI. Luar biasa kan?
Satu moment membanggakan buat saya pribadi, waktu salah satu rekan sesama founder komunitas perempuan memuji kinerja tim volunteers. Beliau mengatakan, “Mba, volunteers SMI keren-keren banget, sih! Kerjanya ciamik dan professional semua.”
Rasanya, semua lelah juga air mata yang dulu jatuh, karena beberapa orang yang pernah mengecewakan di masa lalu, terbayarkan tunai!
Sayangnya saya ke tim volunteers begitu besar. Kenapa? Karena mereka bisa bekerjasama dengan baik. Saling mendukung satu sama lain. Tidak ada sikut-menyikut atau ingin tampil sebagai bintang. Semuanya penuh semangat dan punya growth mindset. Ini adalah kriteria penting kami dalam memilih volunteers.
Doa saya, hanya Tuhan dan Semesta yang bisa mengembalikan semua jasa baik teman-teman volunteers dengan berlipat ganda.
Peluk erat untuk semua Volunteers SMI!
Maureen Hitipeuw adalah ibu tunggal dengan satu putra. Maureen membentuk dan mengelola Single Moms Indonesia sejak tahun 2014. Ia ingin Single Moms Indonesia bisa menguatkan dan menginspirasi lebih banyak ibu tunggal untuk kembali berdaya dan berbahagia bersama anak-anak mereka.
Di awal aku menulis aku pun terharu dengan para volunteers SMI, karena ditengah kesibukan mamak mamak yang tetap bekerja, volunteers menyisihkan waktu, tenaga dan fikiran untuk event SMI.
Mengikuti beberapa event SMI, jujur semakin sibuk dengan upgrade diri sendiri. Dari ikut challenge menulis yang dituntut konsisten, sampai resilience yang akan berjalan selama 30 hari. wow curiga tahun depan sudah waras lahir batin trauma diri ini.
Akhir kata, terimakasih Ibu Maureen, dan semua volunteers, Coach Mei yang selalu memberikan support,Mamos Ans yang kadang galak untung ga baper 😂 Mamos Ruth yang selalu bersahaja, Mamos Sagita yang klo liat mah ademm bener moms, semua volunteers hebat banget, saya salut banget. Peluk erat untuk semua volunteers SMI. Alllah Swt berkahi setiap niat baik kalian semua moms. Terimakasih banyak mau merangkul saya 🙏