Pertanyaan ini muncul sebagai rangkuman saat membaca curhatan banyak single mom yang tergabung di Single Moms Indonesia, komunitas kesayangan saya. Yah, pertanyaannya tidak verbatim seperti itu sih, tapi sebagian besar bernada sama. Status yang berubah jadi single mom membawa banyak ketidakpastian, yang kemudian jadi kekhawatiran. Bagaimana saya membesarkan anak sendirian? Bagaimana kalau saya tidak bisa jadi ibu yang baik? Bagaimana ini, bagaimana itu? Mulai dari reaksi keluarga terdekat hingga membagi waktu sebagai ibu tunggal yang bekerja.
Saya juga begitu kok, waktu anak saya lahir 16 tahun yang lalu. Saya adalah single moms by choice. Single mom by choice artinya memutuskan untuk melahirkan dan merawat anak meskipun tahu bahwa saya akan menjadi orang tua tunggal bagi anak tersebut. Single mom by choice artinya tidak menikah dengan bapak si anak, jika merupakan anak kandung. Soalnya label single mom by choice juga sering disematkan kepada perempuan single yang menjadi ibu tunggal dengan mengadopsi anak atau mengasuh anak orang lain tanpa melalui adopsi resmi.
Jadi ibu tunggal di usia muda dan belum lulus kuliah. Panik pasti ada, tapi akhirnya ya saya fokus pada apa yang bisa saya lakukan dan apa yang ada dalam kendali saya. Meskipun banyak juga tantangannya, tapi menjadi seorang ibu tunggal ternyata membuka banyak pintu dan kemungkinan baru yang tak terbatas. Salah satunya ya saya jadi punya teman jalan-jalan keliling dunia. Seru kan?
Intinya daripada sibuk menyalahkan orang lain atau keadaan, saya lebih fokus ke mencari solusi yang bisa dilakukan sendiri.
Mengurus anak sambil kuliah berarti mengatur jadwal sedemikian rupa sehingga saya masih bisa bolak-balik ke daycare untuk memberikan asi. Daycare mahal? Cari bantuan dana ke sana-sini. Cari tahu ada donasi apa yang bisa kita daftarkan untuk diterima. Jadi ibu bekerja yang pergi pagi pulang malam? Kosongkan weekend agar tetap bisa spend time sama anak. Uang sekolah mahal? Ya cari kerjaan freelance atau penghasilan tambahan untuk mencukupi semuanya. Selalu ada jalan kok kalau kitanya kreatif.
Di tengah perjalanan sebagai ibu tunggal, saya bertemu komunitas Single Moms Indonesia. Senang rasanya bertemu teman-teman yang senasib dan mendapat kesempatan untuk anak saya bertemu anak-anak yang keadaannya mirip dengan dia. Kesempatan menunjukkan bahwa keluarga itu memang beraneka ragam adanya. Komunitas, selain memberikan kita arti hidup, juga dapat memberikan kita hubungan pertemanan yang membantu kita melewati masa-masa sulit sebagai seorang ibu tunggal. Dari komunitas juga kita menemukan adanya infinite possibilities untuk menjadi ibu tunggal yang bangkit, berdaya dan bahagia.
Setahun terakhir ini, saya bergabung sebagai relawan Single Moms Indonesia di bidang learning and development, karena ingin berbagi kepada sesama ibu tunggal. Menemukan tujuan dan arti hidup, selain menjadi seorang ibu, membantu mengatasi kekhawatiran berlebihan karena hari esok yang tidak pasti. Emang apa sih yang saya temukan di komunitas Single Moms Indonesia?
In short, sebuah infinite possibilities untuk belajar bersama dan berkontribusi aktif terhadap pemberdayaan single mom.
- Ada kelas online yang temanya beragam buat member yang ingin mengembangkan bakat dan minat, belajar skill baru atau sekedar penat dan ingin take a break dari rutinitas sehari-hari. Mulai dari kelas belajar menulis, public speaking sampai kelas healing dan mengenali potensi diri.
- Partisipasi di program coaching dan mentoring untuk member yang ingin maju namun bingung mulai dari mana. Untuk yang bingung dan hilang arah, butuh nasihat dan teman berbicara.
- Ikutan event curhat, kumpul-kumpul online dengan teman-teman senasib. Yang bikin malam minggu lebih seru karena ngobrolin topik berbeda mulai dari jodoh, karir, keuangan hingga sekolah anak. Selain dapat ilmu, juga jadi lega karena bisa curhat tanpa penghakiman.
- Buat yang mau belajar leadership, juga bisa jadi volunteer seperti saya. Jadi PIC event, jadi host acara webinar, jadi admin WA grup dan sejuta kesempatan praktek lainnya. Jadi networking dengan sesama volunteer, kenal lebih dekat dengan member dan partner SMI, serta dapat pengalaman yang bisa dipakai melamar kerja. Seru!
Jadi tidak salah dong kalau saya bilang di SMI ini ada Infinite Possibilities. Asal ada niatnya, semuanya sudah tersedia. Kalau ada yang lewat beranda saya sambil bertanya ‘setelah jadi single mom trus gimana?’ jawabannya ya trus jadi bangkit, berdaya dan bahagia.
Ibu tunggal satu anak berusia 16 tahun. Senang menulis, ngeblog dan jalan-jalan sama anak di waktu senggang lalu posting dengan hastag #datewithdudu. Bergabung dengan SMI di bagian Learning & Development. Follow di instagram: @datewithdudu
Pingback: Cerita Ibu Tunggal di Amerika: Sherly Guest - Single Moms Indonesia
Pingback: Lima Tips Menghadapi Bulan Puasa dan Lebaran Pertama tanpa Almarhum - Single Moms Indonesia