Saya sempat berpikir ulang untuk membagi tulisan ini. Tapi kemudian saya berpikir positif saja. Siapa tau, banyak di luar sana yang memang butuh banyak insight mengenai urusan yang satu ini. Dan mohon maaf sebelumnya ya, apa yang saya tuliskan ini murni hanya berdasarkan opini saya pribadi.
Pernah nggak teman-teman menemui sebuah kondisi bahwa, “kok, si A cerai sih? Emang nggak mikirin anaknya?” Bahkan, kerap kali kalian menemui, teman di bagian kanan-kiri-depan-belakang, isinya berita perceraian semua. Nggak heran, muncul paradigma pada sebagian kalangan yang belum nikah, bahwa menikah itu adalah hal yang menakutkan. “Buat apa menikah kalau akhirnya harus bercerai.”
Kalau boleh saya jujur, kehidupan ini penuh misteri bagi nalar manusia, namun garis kehidupan kita masing-masing sudah tercatat jelas. Saya pribadi, apakah menyangka sebelumnya, bahwa pernikahan ini akan kandas? TIDAK sama sekali. Tapi again, kehidupan terus berjalan, dan saya harus move on sesegera mungkin, demi keberlangsungan hidup saya dan anak-anak. Alhamdulillah, semakin hari saya semakin baik, dan terus mengajak diri saya untuk berdamai dengan keadaan.
Single Mom Kesepian?
Tapi sebagai seorang single mom, saya pribadi nggak bisa memungkiri, bahwa kaum seperti saya ini masih dipersepsikan negatif bagi sebagian orang. Terutama pada hal-hal pribadi. Banyak yang beranggapan bahwa seorang single mom atau “janda” akan selalu merasa kesepian. Itulah kenapa, banyak laki-laki yang mencoba-coba masuk sekedar untuk bersenang-senang. Ada yang berhasil? Mungkin ada. Tentu, jika hal ini terjadi, keduanya harus siap dengan resiko yang mungkin nanti muncul. Apalagi laki-laki selalu punya modal ulung dalam merayu perempuan. Namun demikian, banyak juga yang tetap menjaga dirinya agar tidak menimbulkan masalah baru dan fokus menjalani kehidupannya.
Sekarang, jika kita bicara bahwa seorang Single Mom adalah perempuan yang kesepian. Kita tanya kembali pada diri kita masing-masing. Dengan adanya suami, keluarga, anak-anak, apakah kamu cukup merasa bahagia dan tidak merasa kesepian? Jawabannya akan selalu ada dua opsi. Ada yang benar dan terbukti bahagia, namun tidak sedikit, ada yang masih memiliki suami, dan ia merasa kesepian. Dan alasannya bisa berbagai macam. Pada akhirnya, status pernikahan dipertahankan, hanya demi anak-anak. Sementara, ruang hati yang harusnya terisi dengan cinta, menjadi kosong tak bermakna. Maaf, saya tidak menyarankan sebuah perceraian juga lho ya. Karena, perceraian juga bukan hal yang mudah untuk dijalani.
Balik lagi ke soal kesepian. Jika saya ditanya kesepian atau enggak? Jawabannya saat ini sudah TIDAK LAGI. Karena apa? Karena saya sadar, sebagai makhluk yang memiliki akal pikirian, saya harus terus berproses. Dan karenanya, saya juga sadar, bahwa kapan pun, kita akan kehilangan seseorang. Jadi ya sudah. Daripada meratapi yang kehilangan, lebih baik menjaga yang masih ada, yaitu anak-anak dan juga teman-teman yang selalu mendukung dalam berbagai kondisi. Yakin nggak kesepian? Helooo, nobody is perfect. Saya yang seorang single mom, atau kamu yang masih berstatus suami istri, tentu ada saat-saat di mana kamu juga merasakan hal serupa. Benar nggak? Yang membedakan, hanyalah konteks sepi itu sendiri. Buat saya pribadi, sepi dalam konteks sebagai seorang single mom, adalah ketika harus angkat galon sendiri, benerin lampu mati, dan harus naik ke atap rumah dan urusan pertukangan lainnya. Tapi karena sudah terbiasa akan hal itu, Insya Allah bukan masalah lagi, dan coba dinikmati saja. Sepi dalam konteks saya juga, ketika tau bahwa saya adalah pemberi cinta tunggal untuk diri saya sendiri. Namun, positifnya, saya jadi semakin yakin, bahwa sebaik-baiknyanya pemilik cinta, adalah Sang Pemberi Cinta, Allah Swt. Lalu, kenapa saya harus sedih merasa sendiri?
Kesepian akan selalu ada pada setiap diri manusia. Kesepian bukan milik saya, atau teman-teman yang berstatus sebagai seorang single mom saja. Kesepian adalah bagian dalam proses diri setiap manusia yang sejatinya kurang bersyukur, atau sedang asyik dengan dunianya sendiri. Kesepian bisa jadi muncul karena kesedihan/ kekecewaan yang berlarut-larut. Kesepian bisa jadi timbul karena seseorang tersebut tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Kesepian muncul, jika kita menghadirkanya dalam pikiran kita. So, apakah kita akan membiarkannya terus berlarut-larut, atau kita membenahinya dengan memperbanyak rasa syukur? Percaya saja, bahwa kita mampu melewati kesepian. Dekap tubuh kita, pasrahkan padaNYA, dan katakan “saya tidak sendiri!”
Contributor adalah anggota SMI yang menyumbangkan tulisannya untuk berbagi di blog.