Pekan ASI-Lika Liku Perjalanan Single Mom Menyusui Bayi

Hai Mamos! Selamat merayakan Pekan ASI Sedunia 2023!
Sudah pada tahu belum tentang Pekan ASI Sedunia itu apa? Pekan ASI Sedunia atau World’s Breastfeeding Week diperingati setiap tanggal 1-7 Agustus untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memberikan ASI. Ya, ASI adalah asupan gizi terbaik bagi bayi di seluruh belahan bumi ini.

Seperti yang kita ketahui, menyusui adalah suatu hal yang pastinya diusahakan oleh seorang ibu setelah memiliki anak, namun sayangnya proses menyusui tidak semudah yang dibayangkan. Ada yang mudah melakukannya dan tak jarang pula ada yang harus berjuang agar produksi ASI lancar selama masa menyusui. Dukungan sangat diperlukan baik itu dari pasangan, keluarga ataupun sanak saudara.

Tapi bagaimana dengan Single Moms by Choice? Siapa yang mendukung mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sempat terbesit dalam pikiran saya, karena saya pun adalah seorang Single Moms by Choice atau seorang ibu tunggal yang memutuskan untuk mengasuh anak tanpa hadirnya pasangan.

Sebagai bentuk turut mendukung Pekan ASI Sedunia 2023, saya sempat membuka kesempatan di grup khusus Single Moms by Choice untuk mamos-mamos dapat menceritakan pengalaman mereka saat atau selama proses menyusui dan saya menuangkannya kembali disini.

Pekan ASI - Lika Liku Perjalanan Single Mom Menyusui Bayi

Cerita pertama dari saya sendiri.

Pengalaman saya menyusui, Puji Tuhan cukup lancar. Pastinya saya bingung tentang pelekatan dan sebagainya. Namun karena dukungan orangtua dan tetangga sekitar, saya berhasil menyusui bayi saya dengan sangat baik. Diawal kelahiran, karena saya adalah seorang ibu tunggal dan saya harus segera mencari kerja, saya berencana membiasakan anak saya untuk bergantian memberi jadwal menyusui dan meminum susu formula (sufor). Di pagi hari saya biasakan beri sufor dan saat malam baru saya beri ASI.

Namun saat Si Kecil berusia kurang lebih 5 bulan, semua berubah. Saat itu, anak saya baru saja mendapatkan vaksinasi DPT yang kedua. Entah bagaimana atau kenapa, mungkin saya tidak sengaja menyentuh bekas suntikannya, anak saya tiba-tiba menangis keras. Bersyukur saat itu ada ibu saya, beliau langsung membantu mengatur posisi saya menggendong sehingga dapat langsung menyusuinya. Selanjutnya, anak saya tidak mau lagi minum dengan menggunakan botol.

Saya pernah merasakan kesakitan karena lecet bekas gigitan. Saya juga sempat merasa hampir putus asa saat  Si Kecil berusia 8 bulan. Saya merasa kuantitas ASI saya berkurang. Tapi saya tidak mau menyerah, saya terus belajar dan mencari tahu segala sesuatunya, mulai dari penyebab hingga apa yang harus dilakukan. Saya segera ubah mindset dan Puji Tuhan saya bisa menyusui anak sampai usia 28 bulan.

Cerita berikutnya dari seorang mamos yang memiliki pengalaman menyusui saat masih duduk di bangku kuliah.

Kelahiran Sang Anak yang mendekati waktu kuliah dimulai, membuat mamos ini harus mengatur jadwal kuliahnya dengan cermat. Jadwalnya diatur sedemikian rupa sehingga ada jeda 1 hingga 2 jam untuk menyusui atau memberikan ASI di daycare, tempat anak tersebut dititipkan. Penuh perjuangan pastinya. Selain berjuang dengan tugas-tugas kuliah, Mamos ini juga belajar tentang cara menyusui dan mengasuh anak secara mandiri.

Apalagi saat itu internet belum secanggih saat ini, belajar yang dilakukan pun dilakukan dengan meminjam buku di perpustakaan umum terdekat. Sempat merasakan capek dan frustasi karena terkadang anak menangis pada waktu yang tidak tepat atau waktu ingin beristirahat.

Cerita yang terakhir tentang Pekan ASI ini juga tidak kalah menarik. Mamos yang satu ini benar-benar Mamos alias Mama Strong.

Proses menyusui sang anak sempat terlambat beberapa hari karena Mamos ini sempat koma sesaat setelah melahirkan. Proses menyusui dilakukan setelah Mamos sadar, tentu saja dibantu dan dipandu oleh perawat rumah sakit. Proses menyusui pertama kalinya gagal dan baru berhasil setelah percobaan kedua. Itupun hanya sesaat saja. Tapi Mamos ini tidak menyerah.

Setiap hari terus berlatih untuk menyusui. Lecet dan berdarah sampai menangis kesakitan juga dirasakan. Pengalaman dan petualangan menyusui Mamos ini tidak hanya disitu saja. Mamos hanya bisa menyusui sang anak sekitar satu tahun saja. Terpaksa harus berhenti karena Mamos ini terkena TB Paru. Namun Mamos ini tetap bersyukur karena bayinya tidak terdeteksi penyakit yang sama.

Mamos, demikianlah cerita dari ketiga Mamos tentang perjuangan menyusui anaknya. Ada satu kesamaan, yaitu kesamaan rasa, baik itu secara fisik maupun mental. Sama-sama merasa sedih, stres, kesakitan, kesepian dan kerepotan membagi waktu antara menyusui dan melakukan kegiatan lain.

Setelah membaca kisah-kisah tersebut, saya berharap kita semua dapat menjadi ibu tunggal menyusui yang tegar dan kokoh. Meskipun seringkali kita merasa dituntut untuk menjadi seseorang yang bisa melakukan segala hal sendirian, tetapi tetap harus diingat tidak ada manusia yang sempurna. Demikian pula dengan kita.

Hal yang terpenting sebagai seorang single mom adalah kita pasti akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak kita sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Sesulit apapun tantangan menyusui, nikmati semua prosesnya. You’re not alone! It’ll all be worth it in the end

Editor & Ilustrasi: Ans

=======================================================

Ditulis oleh: Aviatif

Biasa dikenal dengan nama Miss Titif karena usaha bimbel yang dibangunnya. Kesalahan masa remaja membuatnya memutuskan untuk tetap menjadi ibu tunggal untuk seorang Lil Princess yang saat ini sudah beranjak dewasa. Tak pernah puas belajar untuk meningkatkan skill yang dimiliki. Salah satunya adalah kemampuan mengolah kata dengan cara menjadi volunteer blog contributor di SMI.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *