Laksamana Malahayati Pimpinan Inong Balee Untuk Kemerdekaan

Kisah Inspiratif Single Moms: Mengenal Sosok Laksamana Malahayati, Pejuang Kemerdekaan. Panglima Laut Perempuan Pertama di Dunia yang berasal dari Aceh, Pendiri Kelompok Inong Balee.

Dalam rangka menyambut Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-78, kita akan berbagi kisah inspiratif tentang kekuatan sebuah komunitas. Ini adalah kisah tentang kelompok wanita dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kelompok yang melakukan pemberdayaan perempuan pada masa penjajahan, dibentuk oleh Laksamana Malahayati.

Laksamana Malahhayati Pimpinan Inong Balee Untuk Kemerdekaan

Sumber gambar: https://aceh.inews.id/berita/kisah-inong-balee-pejuang-janda-aceh-ikon-perlawan-perempuan-saat-lawan-belanda/2

Jika kita mendengar gelar ‘Laksamana’, yang terlintas di benak kita adalah sosok laki-laki. Namun dalam kisah ini, Laksamana ternyata adalah sosok perempuan. Laksamana Malahayati atau Keumala Hayati, merupakan pahlawan wanita Aceh yang lahir pada tahun 1550 di Aceh Besar. Beliau merupakan putri dari Laksamana Mahmud Syah. Cucu dari Laksamana Muhammad Said Syah, yang memimpin Kesultanan Aceh pada tahun 1530 – 1539 Masehi.

Masa remaja Keumala Hayati dihabiskan dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di Akademi Baitul Maqdis. Pada usia 22 tahun Keumala Hayati sudah diangkat menjadi Panglima Armada V Kerajaan Aceh dengan pangkat Laksamana Muda.

Dalam sejarah dikatakan bahwa Keumala Hayati berhasil menumbangkan Cornelis de Houtman di geladak kapal dalam pertempuran satu lawan satu pada September 1599. Cornelis de Houtman adalah seorang kapten Belanda yang berhasil menemukan jalan masuk menuju Indonesia. Belanda yang saat itu sudah ditolak kedatangannya oleh Kesultanan Banten, kemudian mencoba mendarat di Kerajaan Aceh.

Duel maut antara Sang Kapten dan Keumala Hayati berawal dari keresahan yang dialami oleh masyarakat Aceh. Itu karena pihak Belanda memaksa untuk membeli lada Aceh dengan harga yang sangat murah. Serta adanya campur tangan pasukan Portugis yang menghasut dan membantu misi Belanda untuk membawa rempah-rempah ke negara mereka.

Kariernya di medan pertempuran semakin melejit, dari terbentuknya pasukan Inong Balee.

Ini adalah pasukan istimewa yang berisikan para wanita yang kehilangan suami-suami mereka karena peperangan. Keumala Hayati sendiri kehilangan suaminya pada pertempuran melawan Portugis di Teluk Haru.

Rasa sedih yang dialami oleh Keumala Hayati, tidak membuat langkahnya surut. Kesedihan itu menjadi semangat yang menggebu untuk tetap bangkit dan menjalani hidup seperti biasanya. Dari banyaknya kontribusi Keumala Hayati dalam mengamankan kawasan laut dari penjajah, Keumala Hayati pun diangkat menjadi Panglima Angkatan Laut Perempuan Pertama untuk Kerajaan Aceh. Beliau menjadi perempuan pertama di dunia yang menyandang gelar ini.

Selama sembilan tahun, Keumala Hayati telah menjadi pemimpin Inong Balee yang terkenal hingga ke seluruh penjuru negeri. Dalam rentang waktu itu pula, beliau berhasil memenangkan peperangan melawan musuh yang beranggotakan kaum lelaki. Semua karena keberanian dan semangat kemerdekaan yang membara di dalam dadanya. Tidak heran jika Inggris yang saat itu dipimpin oleh Ratu Elizabeth I lebih memilih jalur damai. Mereka membawa surat bagi Sultan Kerajaan Aceh Darussalam untuk membukakan jalur perdagangan.

Keumala Hayati gugur dalam pertempuran melawan pasukan Portugis di perairan selat Malaka pada tahun 1606. Beliau dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar. Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya, Presiden Joko Widodo menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 2017 melalui Keppres RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Inong Balee Sebagai Ikon Perempuan Pejuang Kemerdekaan.

Secara harfiah, Inong berarti wanita dan Balee berarti Janda. Inong Balee dinarasikan sebagai ikon kekuatan politik, militer dan kultural. Unsur yang menjadi kekuatan paling dominan dalam memerangi penjajahan Belanda kala itu. Sebagai representasi dari Inong Balee, Keumala Hayati memimpin sebanyak 2.000 pasuka. Di bawah pimpinan beliau, dibangunlah benteng Inong Balee sebagai pusat logistik, pelatihan, dan pengembangan diri perempuan.

Hal ini tentu sangat membuat kita takjub, karena gambaran sosok perempuan terlebih dengan status janda selalu dianggap sebagai kelompok yang lemah dan perlu dikasihani. Namun, Keumala Hayati berhasil mendobraknya bersama Inong Balee yang lihai berperang menggantikan suami-suami mereka yang sudah tewas ditangan penjajah.

Keumala Hayati sudah membuktikan bahwa status seorang perempuan tidk menghalangi kontribusinya terhadap kemerdekaan. Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang layak, status sosial yang diakui, serta ruang aman untuk mengekspresikan diri dan berdiplomasi. Kekuatan perempuan bukan semata-mata untuk mengalahkan laki-laki, melainkan turut hadir dan memberi aksi nyata yang sama seperti halnya laki-laki. Multitasking-nya perempuan memang sudah tidak diragukan lagi. Maka, sangat keliru jika perempuan pun masih menganggap dirinya penuh dengan keterbatasan.

Hingga kini, benteng Inong Balee menjadi saksi sejarah perjuangan para wanita berstatus janda yang masih terus dikenang. Kekuatan dari sebuah kelompok yang sulit ditaklukan. Mereka menjadi ikon pejuang perempuan yang berdaya.

Laksamana Malahhayati Pimpinan Inong Balee Untuk Kemerdekaan

Sumber gambar: https://modusaceh.co/news/wisata-benteng-inong-balee-kisah-legendaris-perempuan-tangguh/index.html

Jadilah Inong Balee Masa Kini Di Era Kemerdekaan.

Kesulitan dan jalan terjal yang kita lalui dalam mengarungi hidup sebagai single moms, memang tidak pernah mudah. Namun, kita selalu punya pilihan untuk beranjak maju atau justru nyaman dikubangan derita. Sebagaimana di masa lalu, para Inong Balee dengan semangat yang bergelora di dalam diri mereka, mengupayakan kemenangan. Bersama-sama mereka bergandengan tangan dan solid di pertempuran. Dengan satu cita-cita yaitu, merdeka dari penjajahan.

Begitu pula kita di masa kini, yang sedang dan terus berupaya memerdekakan diri dari segala keterbatasan. Masa lalu bukan lagi sesuatu yang terus menerus digenggam erat. Karena masa depan sudah menanti dengan ramah. Saatnya kita menjadi role model untuk sebuah perubahan. Berhenti untuk melulu merenungi nasib apalagi memikirkan stigma negative.

Kita adalah Inong Balee versi terbaru. Versi yang sudah beranjak maju, menyembuhkan diri, menjadi pembelajar sejati, dan terus menebar kebaikan dibalik paras rupawan dan keindahan sebagai perempuan. Kita adalah Inong Balee sang pejuang. Wanita yang sudah memiliki mindset bertumbuh, berdikari, dan mampu mengemban peran ganda untuk diri sendiri dan keluarga yang kita cintai.

Kita adalah Inong Balee, ikon perempuan merdeka masa kini.

sumber pendukung:
https://www.biografiku.com/biografi-laksamana-malahayati/
https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/11/130000979/kisah-laksamana-malahayati-bunuh-kapten-belanda-untuk-balas-dendam?page=all
https://aceh.inews.id/berita/kisah-inong-balee-pejuang-janda-aceh-ikon-perlawan-perempuan-saat-lawan-belanda/2
https://suluhperempuan.org/2023/02/19/benteng-inong-balee-benteng-perempuan-pertama-di-dunia.html

Editor & Ilustrasi: Ans

==================================

Tentang Penulis :

Yolanda Sani

Yolanda Sani

Kerap dipanggil dengan sebutan ‘Umi-Yol’, seorang ibu tunggal dari 2 orang putra ini, sangat gemar meluangkan salah satu hobinya – yaitu memasak, sebagai ‘me time’ terbaik. Karena selain gardening dan menulis, memasak dapat mengukur sejauh mana ia memaham dirinya sendiri, melalu hasil masakan tersebut. Pasca resign dari PT. Telekomunikasi Wilayah Aceh (TELKOM Witel Aceh), membuatnya termotivasi untuk membangun usaha jajanan online dengan menerapkan ilmu-ilmu bisnis dan marketing yang ia pelajari selama 2 tahun bekerja di sana.

Tutor dan Guru Honorer Bahasa Jepang ini tengah menyelesaikan studi strata 1 di Universitas Terbuka Banda Aceh, jurusan Ekonomi Manajemen. Menjadi salah satu contributor SMI adalah kesempatan paling berharga baginya untuk menggali ilmu lebih banyak mengenai dunia menulis, dan tentunya akan menambah relasi untuk berbagi energy positif kepada sesama ibu tunggal. Lebih akrab dengan Umi-Yol, bisa langsung intip sosial medianya di: Instagram: @yolanda.sani Facebook: Yolanda Putri Sani Blog: yoostoryteller.blogspot.com

 

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *