Cerita ibu tunggal kali ini datang dari Sherly Guest, salah satu member SMI yang sudah menetap di USA. Ibu dari tiga orang anak ini telah menjadi single mom sejak tahun 2012. Perjalanan menjadi single mom yang kuat di negara besar dan modern seperti Amerika Serikat bisa menjadi inspirasi bagi single mom lain yang sedang dalam proses berpulih.
Kak Sherly memutuskan untuk bercerai dengan suaminya secara damai. Salah satu yang mendasari keputusan beliau adalah perasaan bahwa kebersamaan beliau dengan mantan suami tidak membuatnya bahagia lagi. ‘Benturan-benturan’ kecil dalam keseharian membuat mereka justru saling menyakiti.
“Happy mom is happy kids, yah. Anak-anak selalu melihat pertengkaran dan berada di tengah seperti juri, bukanlah hal yang baik dalam sebuah keluarga.” begitu ujarnya.
Dalam bincang-bincang dengan Founder Single Moms Indonesia, Maureen Hitipeuw, Kak Sherly membagikan pengalamannya melewati sebuah badai perpisahan. Kak Sherly mengatakan bahwa perpisahan memang bukanlah hal yang mudah untuk dilalui, setiap wanita yang pernah mengalami hal ini tentu tau bagaimana rasanya. Kadang untuk menguatkan dirinya, seorang wanita mengatakan ‘everything gonna be ok’ tapi, hati masih saja ada kekhawatiran.
Namun bertahan dalam hubungan yang tidak sehat juga bukanlah sebuah pilihan yang bijak. Perlu untuk menarik diri sesaat dari semua hal. Seperti sosial media, lingkungan dan orang lain. Ambil waktu untuk diri sendiri agar bisa memikirkan ‘bagaimana saya harus melewati ini.’
Hal lain dari sebuah perpisahan adalah bagaimana memberitahu anak-anak tentang apa yang sedang terjadi. Tentu saja dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang bisa mereka mengerti tanpa harus memberitahukan detail perasaan kita tentang ayah mereka. Perasaan kita tentang mantan suami dan keburukannya, adalah tentang kita. Tidak perlu memberitahukan pada anak yang nantinya bisa membebani mereka. Semakin kita mengingat mantan suami dan segala yang pernah kita lewati bersamanya, maka akan semakin sulit bagi kita untuk meredam emosi dalam hati.
Sebuah tips dibagikan oleh Kak Sherly, tentang cara untuk meredakan emosi ketika perasaan marah itu datang. Sibukkan diri dengan hobby. Olah raga dan memasak menjadi salah satu pilihan. Energi yang dikeluarkan untuk melakukan hobby, akan membawa hasil yang baik untuk diri sendiri. Lakukan hal-hal produktif. Mencabut rumput, merapikan rumah, kegiatan yang bisa menghasilkan sesuatu dan bermanfaat untuk diri sendiri.
Saat emosi datang, perlu untuk menyalurkan energi dan kemarahan dengan cara yang lebih baik. “Tidak ada hasil dan solusi yang di dapat dari sebuah kemarahan,” tambah Kak Sherly.
Kak Sherly juga membagikan tips lain untuk para single mom, “masalah hari ini, selesaikan hari ini. Agar pikiran tidak over dan bermajinasi yang akhirnya membebani diri sendiri. Mengatakan apa yang dirasakan itu penting. Misal ‘Saya marah ya,’ tapi tidak perlu memperlihatkan emosi secara berlebihan.”
Cerita ibu tunggal di Amerika Serikat: Apa Bedanya?
Tentang kehidupannya sebagai single mom di USA, menurut Kak Sherly sebenarnya tidak jauh berbeda dengan single mom di negara lain, termasuk Indonesia. Untuk negara modern seperti USA sekali pun, tidak semua orang bisa menerima begitu saja status sebagai single mom. Termasuk kisah struggling seorang wanita yang bercerai untuk mendapatkan nafkah dari mantan suami untuk anak-anaknya. Semua kembali lagi pada setiap kasus per kasus. Kak Sherly mengajak setiap single mom untuk melihat tujuan dari perjalanan struggle seorang wanita yang menjadi single mom. Untuk lebih fokus pada hal-hal baik dan selalu yakin ada harapan cerah di ujung perjalanan.
“Menjadi wanita single, salah satunya adalah kita bebas memutuskan banyak hal tanpa perlu meladeni perasaan orang lain,” kata Kak Sherly.
Bagi single mom yang memiliki kasus serupa dengan perceraian Kak Sherly, yaitu suami berselingkuh, sering muncul sebuah pertanyaan besar. ‘Kurang apa sih saya, sampai dia berpaling pada yang lain?’.
Menurut Kak Sherly, perginya seseorang baik itu pasangan atau teman dari kehidupan kita, sama sekali bukan salah kita. Itu adalah masalah mereka. Sebagai manusia, istri, ibu dan teman, kita sudah melakukan yang terbaik. Jika seseorang merasa tidak cukup dengan keberadaan kita, itu adalah masalah mereka.
“Kita cukup dengan diri kita. Do not compare yourself with another. Jika pasangan atau bahkan teman tidak mau berada di dekat kita, ya itu masalah mereka yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang kita berikan. Kita toh tidak bisa mengekang mereka untuk tinggal bersama kita. Kalau mereka memilih pergi, ya sudah biarkan saja. Itu pilihan mereka.”
Pernyataan yang sangat keren. Seringkali wanita yang menjadi single mom karena perceraian, akan menyalahkan dan mencari kekurangan diri sediri yang pada akhirnya menyulut emosi dalam diri. Padahal setelah perceraian masih banyak hal yang harus dilewati dengan cara yang tenang. Salah satunya adalah untuk membangun co-parenting dengan mantan suami.
Anak-anak memiliki hak untuk bertemu dengan ayahnya, terlepas apakah Si Ayah memberikan kewajiban secara financial atau tidak. “Co-parenting is not about you, co-parenting is about kids.” Sehingga saat berbicara dengan mantan suami, seorang single mom harus cerdas untuk bisa mengesampingkan perasaan yang dapat mengganggu emosinya sendiri.
Penting untuk diingat, ketika seorang single mom berkomitmen untuk mengurus anak-anak dari pernikahan yang telah berakhir, maka tidak perlu lagi mengharapkan orang lain terutama mantan suami. Harapan yang tidak terjadi, justru bisa membawa perasaan kecewa. Anak-anak yang dibesarkan oleh single mom juga bisa menjadi anak-anak yang baik dengan kasih sayang Sang Ibu yang lebih penuh dan fokus pada mereka.
Kak Sherly menutup perbincangan dengan sebuah pesan untuk para single mom yang masih berproses untuk pulih. “Selalu ambil waktu untuk menguatkan diri sendiri. Ibu yang kuat akan bisa menguatkan anak-anak mereka. Tidak perlu lagi memikirkan yang sudah hilang dan berlalu. I am Enough! Saya adalah wanita yang cukup. Hari ini punya hari ini, esok punya nanti.”
Semoga dari sharing Kak Sherly Guest, banyak single mom yang bisa mendapatkan manfaat dan membantu proses perjalanan berpulih. Perbincangan yang bisa menjadi inspirasi, bahwa single mom adalah wanita tangguh yang sanggup kembali berdiri setelah badai yang telah dilewati.
Afriana Setiawan.
Menjadi ibu tunggal selama lebih dari empat belas tahun. Ibu dari seorang putri berusia tiga belas tahun. Seorang novelist yang telah melahirkan banyak novel di online platform dan juga novel cetak (bisa lihat do profile fb : Ans Afriana). Menulis adalah bagian dari hasrat terbesar dalam dirinya. Ketika apa yang dilihat dan dipikirkan bisa disampaikan pada orang lain dengan rangkaian kata. Salah satu caranya adalah dengan menjadi kontributor konten di grup dan blog SMI.